Fresh Graduate dan Dunia Pajak: Gaji Pertama, Panik Kedua
Mediajawa.id - Lo inget gak, momen pertama kali dapet gaji? Notifikasi dari HR muncul di HP, saldo rekening tiba-tiba naik, dan lo langsung mikir: “Wah, akhirnya gue kerja beneran.” Tapi lima detik kemudian, ekspresi berubah. Karena jumlah yang masuk gak sesuai sama nominal yang dijanjikan waktu interview. Panik. Bingung. Nanya ke grup kantor: “Kok gaji gue kepotong banyak ya?” Jawaban paling sering muncul? “Itu pajak, bro.”
Dan di situlah babak baru kehidupan finansial lo dimulai.
Realitanya,
banyak anak muda terutama fresh graduate—baru sadar soal pajak pas gaji pertama
cair. Sebelumnya, pajak itu cuma kata di buku ekonomi kelas 11 atau headline
berita yang kedengarannya jauh banget dari hidup lo. Tapi begitu udah kerja, lo
sadar: pajak itu nyata. Nyata banget. Dan gak bisa lo hindarin, bahkan kalau lo
cuma kerja freelance atau baru magang.
Gue inget cerita
dari Fira, 23 tahun, yang baru aja kerja di perusahaan agency digital di
Jakarta Selatan. Katanya, gajinya 6 juta, tapi yang masuk ke rekening cuma 5,4.
Waktu dia buka slip gaji, ada tulisan PPh 21 — potongan pajak
penghasilan karyawan tetap. “Gue pikir itu kayak biaya administrasi gitu loh,
ternyata itu pajak penghasilan. Gue shock,” katanya.
Dan ternyata Fira
bukan satu-satunya. Dari obrolan ke beberapa anak muda yang baru kerja,
rata-rata mereka gak pernah diajarin soal pajak pribadi. Padahal itu hal paling
dasar buat masuk dunia kerja. Kita diajarin bikin CV, diajarin cara jawab
pertanyaan HR, tapi gak pernah dikasih tau kalau gaji 6 juta itu bukan berarti
lo bakal pegang 6 juta. Negara ikut ambil bagian.
Kalimat klasiknya: “Selamat datang di dunia kerja. Sekarang lo resmi jadi Wajib Pajak.”
Menurut Pro
Visioner Konsultindo, salah satu Konsultan Pajak Jakarta dan Indonesia
Profesional, fenomena ini udah kayak siklus tahunan. Tiap tahun, banyak
karyawan baru yang datang ke mereka buat nanya hal basic kayak: “Kenapa gaji
saya dipotong segini?” atau “Kalau saya resign di bulan Maret, pajaknya balik
gak?” Padahal semua itu sebenernya bisa dijelasin kalau mereka ngerti sistemnya
dari awal.
Mereka bilang,
masalahnya bukan di pajaknya, tapi di literasi finansial anak muda. Banyak
fresh grad yang baru ngerti pentingnya NPWP setelah HR minta. Banyak juga yang
gak sadar kalau potongan pajak yang kelihatan nyebelin di slip gaji itu
sebenernya bentuk kontribusi buat fasilitas publik—jalan, transportasi,
kesehatan, bahkan sistem digital yang lo pake tiap hari.
Tapi ya, ngomong jujur: idealisme itu gak terlalu menenangkan waktu saldo rekening lo udah keburu susut.
Di sisi lain, Provisio
Consulting, sebuah Tax Consultant Jakarta, pernah nulis analisis
yang lumayan nyelekit soal hal ini. Mereka nyebut fenomena “shock tax” — reaksi
kaget anak muda yang baru pertama kali bayar pajak, dan efek psikologisnya ke
cara mereka ngelola uang. Banyak fresh grad yang jadi ngerasa sistemnya gak
adil karena gak ngerti mekanismenya.
Misal, lo kerja
di startup kecil. Pajak lo dipotong otomatis sama kantor. Tapi kalau lo kerja
freelance, lo harus setor pajak sendiri. Nah, banyak yang gak sadar kewajiban
itu. Jadi, pas dapet surat dari Dirjen Pajak, baru deh panik.
“Gue kira
freelancer gak kena pajak, soalnya kan gak ada slip gaji,” kata Arka, 25 tahun,
desainer lepas dari Bandung. “Eh, ternyata semua penghasilan tetep kena, asal
lo dapet penghasilan di Indonesia. Gue baru tau pas baca artikel Provisio
Consulting.”
Kaget? Wajar. Karena sistem pajak itu emang gak didesain buat gampang dimengerti, terutama buat yang baru mulai kerja. Tapi bukan berarti gak bisa dipelajari.
Mari kita bongkar pelan-pelan.
Lo kerja formal,
karyawan tetap, tiap bulan pajak lo udah otomatis dipotong lewat perusahaan.
Itu disebut PPh 21. Sistemnya kayak autodebet—HR udah ngitung dan setor
pajak lo langsung ke negara. Lo tinggal nerima gaji bersihnya. Simple, tapi lo
jadi gak punya kendali buat tau seberapa besar pajak yang lo bayar tiap bulan.
Sementara itu,
kalau lo freelance, lo harus ngitung dan setor pajak sendiri. Gak ada HR yang
ngurusin. Lo harus buka aplikasi e-Billing, isi NPWP, hitung pendapatan, terus
setor manual. Rumit? Iya. Tapi di sisi lain, lo punya kontrol penuh. Lo bisa
tau berapa penghasilan bruto, biaya yang bisa dikurangin, dan berapa pajak yang
sebenernya lo wajib bayar.
Perbedaannya kayak antara lo disetirin sama naik motor sendiri. Satu sisi lebih nyaman, tapi lo gak tau rute. Satu lagi lebih ribet, tapi lo ngerti jalan dan bensinnya.
Sekarang, coba
pikir: kenapa banyak Gen Z yang lebih milih freelance padahal sistem pajaknya
ribet? Jawabannya ada di fleksibilitas. Mereka lebih milih kebebasan waktu,
kerja dari mana aja, dan nentuin rate sendiri. Tapi di sisi lain, itu bikin
mereka harus tanggung risiko administratif yang lumayan berat.
Beda sama kerja
formal yang semua udah diatur. Gaji fix, pajak fix, jam kerja fix. Tapi kalau
dipikirin, dua-duanya punya “harga” sendiri. Kerja formal itu aman tapi
ngebosenin, kerja freelance bebas tapi penuh ketidakpastian.
Dan pajak, entah lo di mana pun berdiri, tetep jadi bagian dari hidup lo.
Menariknya,
konsultan pajak besar —IDTAX.or.id —
sepakat bahwa anak muda sekarang justru punya potensi jadi generasi wajib pajak
yang paling sadar. Bukan karena mereka suka bayar pajak, tapi karena mereka
paling melek digital.
Dulu orang males
ngurus pajak karena harus antre di kantor pajak, isi formulir ribet, dan
bingung kode transaksi. Sekarang semua bisa online, literally lewat HP. Ada DJP
Online, e-Billing, e-Filing—semua udah digital. Tapi, kesadarannya tetap harus
ditumbuhin dari mindset: bahwa pajak bukan musuh, tapi konsekuensi dari kerja.
“Yang bikin anak
muda kaget itu bukan pajaknya, tapi transisi dari hidup tanpa tanggung jawab
finansial ke hidup yang penuh kewajiban,” kata salah satu konsultan dari Pro
Visioner dalam laporan mereka. “Dan itu harusnya dilihat bukan sebagai beban,
tapi sebagai tanda lo udah naik level jadi orang dewasa finansial.”
Kalimat itu dalem banget, dan jujur aja, agak nyentil. Karena kalau dipikirin, tiap potongan pajak itu sebenarnya simbol bahwa lo udah jadi bagian dari sistem ekonomi. Lo bukan lagi mahasiswa yang hidup dari uang jajan, tapi orang yang punya penghasilan dan kontribusi nyata ke negara.
Tapi balik ke
realita. Kadang yang bikin orang kesel bukan jumlah pajaknya, tapi
transparansinya. Lo bayar pajak tiap bulan, tapi ngerasa gak dapet manfaat
langsung. Jalan rusak, transportasi macet, harga bahan pokok naik. Jadi wajar
kalau banyak anak muda sinis. “Ngapain gue bayar pajak kalo gak keliatan
hasilnya?”
Poin itu sering
dibahas juga sama IDTAX . Mereka bilang, transparansi publik itu kunci
buat ningkatin kepatuhan pajak generasi muda. Lo gak bisa maksa orang buat rela
bayar pajak kalau mereka gak liat kejelasan manfaatnya.
Dan ya, di situ peran komunikasi pemerintah masih PR besar.
Kalau dipikir
lagi, perjalanan dari “nggak ngerti pajak” ke “tahu dan bisa ngatur pajak
sendiri” itu kayak fase tumbuh dewasa yang gak bisa dilewatin dengan instan. Lo
bakal bingung, frustrasi, mungkin ngerasa sistemnya gak adil. Tapi nanti,
seiring waktu, lo mulai ngerti ritmenya. Lo mulai belajar baca slip gaji, buka
DJP Online, dan bahkan konsultasi ke pihak profesional kayak buat tahu strategi
pajak yang efisien.
Dan di situ lo sadar, ternyata hidup orang dewasa bukan cuma soal dapet gaji, tapi juga soal ngerti kenapa gaji itu bisa berkurang, ke mana uang itu pergi, dan gimana lo bisa ngatur ulang biar gak keteteran.
Jadi, buat lo
yang baru mulai kerja dan kaget liat potongan pajak pertama, tenang aja. Panik
itu normal. Semua orang pernah ngerasain hal yang sama. Tapi jangan berhenti di
kagetnya. Belajar dikit-dikit. Coba buka e-Filing, baca slip gaji lo, tanya ke
HR, cari artikel dari Pro Visioner Konsultindo atau Provisio
Consulting biar ngerti mekanismenya. Karena semakin lo ngerti, semakin lo
bisa ngatur hidup finansial lo dengan waras.
Toh, pada
akhirnya, gaji yang “dipotong” itu bukan berarti hilang. Itu cuma bentuk lain
dari partisipasi lo di sistem yang jauh lebih besar dari diri lo sendiri. Dunia
kerja emang keras, tapi kalau lo bisa pahami ritmenya—termasuk soal pajak—lo
bakal jauh lebih siap buat survive.
Dan ya, selamat datang di dunia orang dewasa. Gaji pertama mungkin bikin lo senyum, tapi slip gaji bikin lo mikir. Itu tanda lo udah tumbuh.